Postingan

Lirik Nasyid Rasulullah – Hijjaz

Lirik Nasyid Rasulullah – Hijjaz ( 1 ) Rasulullah dalam mengenangmu Kami susuli lembaran sirahmu Pahit getir pengorbananmu Membawa cahaya kebenaran Engkau taburkan pengorbananmu Untuk umatmu yang tercinta Biar terpaksa tempuh derita Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya ( korus ) Tak terjangkau tinggi pekertimu Tidak tergambar indahnya akhlakmu Tidak terbalas segala jasamu Sesungguhnya engkau rasul mulia Tabahnya hatimu menempuh dugaan Mengajar erti kesabaran Menjulang panji kemenangan Terukir namamu di dalam Al-Quran Rasulullah kami umatmu Walau tak pernah melihat wajahmu Kami cuba mengingatimu Dan kami cuba mengamal sunnahmu Kami sambung perjuanganmu Walau kita tak pernah bersua Tapi kami tak pernah kecewa Allah dan rasul sebagai pembela ( ulang korus & 1 )

Mengenang 12 Februari

Cerita kematian Hasan al-Banna begitu memilukan hati. Betapa tidak, ia dijebak lalu ditembak. Saat itu, di awal tahun 1947, pihak kerajaan Mesir meminta agar al-Banna bersedia berunding demi mengendurkan konflik antara al-Ikhwan dan pemerintah. Al-Banna bersedia. Lalu, tepat pada 12 Februarui 1949 jam 17.00 pihak kerajaan datang menjemput al-Banna dan membawanya ke kediaman salah satu pejabat Jam’iyyah al-Syubban al-Muslimin. Al-Banna sendiri ditemani iparnya Abdul Karim Mansur. Sesampai di kediaman pejabat tersebut mereka menunggu Menteri Zaki Ali Basya yang direncanakan bakal datang mewakili pihak kerajaan. Namun, lama ditunggu, sang pengundang tak kunjung tiba. Akhirnya, setelah menunaikan shalat Isya’. Al-Banna dan sepupunya memanggil taksi untuk pulang ke rumah. Ketika naik taksi, dua orang tak dikenal tiba-tiba meuncul dan salah seorang dari mereka melepaskan beberapa tembakan ke taksi. Tujuh peluru bersarang dibadan al-Banna. Meskipun badannya terluka dan darah men...

Mengajarkan Cinta Kepada Si Buah Hati

CINTA KITA MELUKISKAN SEJARAH Seolah terdengar lagu BCL bila melihat foto Kak Hudzaifah Muhibullah, ananda tercinta dari Allah Yarham Ust. Taufik Ridho. Ditengah jahitan yang masih basah, ananda ingin melihat sang ayah untuk terakhir kalinya. Ya Allah... sungguh kisah kalian membuat iri para ayah. Bagaimana tidak, ketika sang ayah dalam kondisi sakit dengan lever yg perlu transplantasi, ananda siap untuk mengorbankan sebagian levernya untuk ayahanda tercinta, dan meninggalkan sementara kuliah di Jerman demi cintanya pada Abi yang selama ini menginspirasi kehidupannya. Sungguh kalian membuat para ayah cemburu... Dimasa yang penuh dengan krisis akhlak ini, ananda menjadi contoh, bahwa gerusan zaman tak menutup kecintaan anak kepada ayahanda tercinta, Ananda Hudzaifah siap berkorban untuk Abi, yang tengah terbaring lemah. Ini adalah ikhtiar terakhir untuk menyelamatkan abi dari sirosis yang menggerus levernya. Sungguh kalian membuat para ayah cemburu... Betapa pendidikan akhlak yan...

-Manusia Tercinta-

Tulisan Huzaifah....putra almarhum Dunia ini membeku, seperti perasaanku yang mulai membeku. Membeku karena berdiri di puncak kegelisahan. Kegelisahan demi kegelisahan terakumulasi menjadi sebuah mimpi buruk. Imajinasi itu menerobos ke dalam perasaan yang terdalam,lalu menarik diriku ke titik dasar terendah kehidupan. Seperti apa takdir itu? Aku tidak tahu. Aku hanya mempercayainya seperti aku percaya kepada 5 lainnya. Tapi ketakutan akan takdir adalah sesuatu yang manusiawi bukan? Goresan demi goresan telah aku lalui, dan saat ini adalah puncak dari segalanya. Sulit untuk mengendalikan perasaan. Bahkan mengendalikan air mata sekalipun sangat sulit untuk saat ini. Aku di beritahu oleh manusia tercinta tentang hal-hal yang luar biasa, bahkan lebih luar biasa dari imajinasi terliarku. Semua tentang persahabatan dan cinta. Kisah tentang persahabatan yang lebih berharga dari darah atau apapun, dan aku yakin itu akan berbuah kekekalan yang indah. Bagaimana tidak? Manusia itu bercerita te...

MENULIS ITU SENI

_Oleh: Much. Khoiri_ _(Dosen Unesa dan penulis buku)_ Menulis itu seni, _writing is an art_. Sebagai proses (kreasi) seni, menulis itu mengekspresikan dan mengkomunikasikan ide dengan estetis. Estetis itu indah dan memuaskan rasa manusia berkat keindahannya. Ketika menulis itu dijalani dengan menerapkan nilai-nilai estetika, hasilnya diharapkan berupa sebuah tulisan yang estetis pula--indah dan memuaskan rasa manusia. Antara proses dan hasil terdapat hubungan kausalitas. Normatifnya begitu. Jika menclek, bertanyalah pada rumput yang bergoyang. Di mana letak estetisnya proses menulis? Ia berada dalam unsur-unsur (proses) penciptaan--dan mengarah ke hasilnya. Bukan hanya pada pemilihan ide dan pengorganisasiannya, melainkan juga lebih pada penggunaan bahasa. Loh, kok bisa? Dalam menggali dan memilih ide, bagi penulis yang berjiwa seni, filter nilai estetika bermain. Orang yang berjiwa seni tinggi, dia akan "classy" (pilih-pilih) ide dari sekian ide yang berhasil digali dan...

Ustaz "Suara Pergerakan" itu Wafat

By: Nandang Burhanudin ****** (1) Allah takdirkan. Guru, murobbi, sahabat dan orang terdekat saya, meraih cinta Allah terlebih dahulu dalam waktu berdekatan. (2) Beliau Allahuyarham, Ustadz Taufiq Ridla, Lc. Saya tak sempat lagi berinteraksi, kecuali saat beliau meminta saya memimpin shalat jenazah almarhum Ustaz Ali Utsman beberapa waktu lalu. (3) Saya persaksikan. Almarhum Ustadz Taufiq Ridla adalah orang shalih, muharrik dakwah, dan sosok panutan di jalan kebaikan. (4) Sepanjang hayatnya, selain aktif memasyarakatkan ekonomi syariah. Beliau adalah penulis lagu-lagu nasyid Shoutul Harokah. Juga munsyidnya sekaligus. (5) Bagi saya. Beliau memiliki sifat hamalah aufiya. Pemikul dakwah yang tuntas dalam menjalankan amanahnya. Menolak rangkap jabatan. Enggan pamer tongkat komando. (6) Demi fokus dakwah, beliau menolak dicalonkan menjadi Aleg. Padahal posisi beliau sebagai Ketua DPW Jabar dan Sekjen DPP PKS. (7) Beliau juga termasuk qaadah adzkiyaa. Saat berada di posisi qi...

*MENANAMKAN JIWA WIRAUSAHA KEPADA ANAK*

Oleh: IDRIS APANDI Suatu hari, Saya dan istri Saya pulang dari suatu tempat. Kondisi hujan deras. Saya dan istri Saya berteduh di depan sebuah toko di daerah Batujajar. Sambil berteduh, pandangan Saya dan istri Saya tertuju kepada seorang anak, sebutlah namanya Andi yang dengan tangkas melayani pembeli di toko mainan yang berada disamping kami. Saya dengan seksama memperhatikan sikap dan cara berbicaranya kepada pembeli. Kami yang pada awalnya tidak ada niat membeli mainan, mendadak tertarik ingin masuk ke toko tersebut. Sekalian ada toko mainan, istri Saya ingin membelikan mainan untuk anak kami. Kondisi masih hujan. Ketika kami akan masuk ke toko, Andi mengingatkan kami dengan sopan agar kami melepaskan alas kaki agar lantai toko tidak kotor. Kami pun “menuruti” permohonannya. Disela-sela tawar menawar harga antara Andi dengan istri Saya, pandangan mata Saya terus tertuju padanya. Lalu Saya ikut “nimbrung” bertanya padanya. Andi yang masih kelas V SD dengan...