Teks Rekon: Pengertian, Fungsi, Ciri Kebahasaan, Struktur dan Contohnya
Oleh: Zefanya Septiani
Salah satu jenis teks yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah teks rekon. Teks rekon sendiri juga acap disebut sebagai teks cerita ulang dan termasuk ke dalam jenis teks naratif. Tujuan komunikatif dari teks rekon adalah untuk melaporkan peristiwa, kejadian atau kegiatan. Laporan ini ditujukan untuk memberitakan kejadian di masa lalu yang penting untuk diceritakan atau memiliki tujuan untuk menghibur.
Yuk, simak penjelasan selanjutnya terkait teks rekon mengutip dari Bahan Ajar Pengayaan Bahasa Indonesia: Memahami Genre Teks Cerita/ Kaniah, dkk terbitan Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengertian Teks Rekon
Teks rekon adalah salah satu jenis teks yang memuat suatu peristiwa, kegiatan, kejadian atau pengalaman masa lalu yang telah diamati secara kronologis dan ditujukan untuk memberikan informasi ataupun menghibur pembacanya.
Jenis Teks Rekon
Teks rekon terbagi ke dalam tiga jenis.
Jenis yang pertama adalah teks rekon pribadi yang memuat kejadian yang melibatkan penulis secara langsung. Jenis yang kedua adalah rekon faktual yang memuat cerita ulang terkait kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dll. Jenis terakhir adalah teks rekon imajinatif yang memuat cerita fiksi dengan lebih detail.
Fungsi Sosial Teks Rekon
Penulisan teks rekon memiliki tujuan salah satunya adalah agar pembaca tidak mengalami kejadian serupa dan dapat memetik pembelajaran dari teks yang disampaikan. Pada teks rekon sejarah ditujukan supaya generasi muda dapat melihat sejarah masa lampau yang dialami oleh bangsa tersebut.
Jika kita sudah menelaah terkait tujuan dari teks rekon maka kita juga dapat mengetahui fungsi sosial dari teks ini.
Fungsi Sosial Teks Rekon
- Menceritakan pengalaman atau peristiwa yang dialami
- Menceritakan sesuatu secara runtut/kronologis
- Mengandung nilai moral untuk pembacanya
Ciri Kebahasaan dalam Teks Rekon
Salah satu cara untuk membedakan teks rekon dengan teks naratif lainnya adalah dengan melihat ciri kebahasaan yang dimiliki oleh teks ini. Ciri kebahasaan teks rekon adalah:
- Menggunakan kata penjelas waktu untuk melakukan penceritaan waktu lampau. Seperti: pada masa itu, pada tanggal 6 Agustus 1945, dahulu kala, dll.
- Menggunakan kata-kata yang ditujukan untuk menunjukan urutan peristiwa atau kronologis dalam cerita. Seperti: setelah, selanjutnya,kemudian.
- Menggunakan kata yang menunjukan siapa (partisipan: aku, kami, mereka, dia, dll), apa, kapan, dimana, bagaimana. Seperti: nama orang, ia, kita, menyenangkan, dll.
- Menggunakan kata yang menunjukan kata tempat dan waktu. Seperti: kota Bandung pada tanggal 24 Maret 1946.
- Menggunakan kata kerja aksi. Seperti: mengeksploitasi, meledakkan, dll.
- Menggunakan kata sifat. Seperti saksama, kacau, dll.
Struktur Teks Rekon
Struktur teks merupakan sebuah penggambaran terkait bagaimana sebuah teks disusun. Struktur dari teks rekon adalah:
- Judul: Kata atau frasa kunci yang mewakili keseluruhan teks
- Orientasi: Bagian pengenalan atau pembuka dari sebuah teks. Biasanya memuat gambaran umum dari cerita yang akan dibawakan
- Urutan peristiwa: Rekaman peristiwa yang terjadi dan biasanya disampaikan melalui urutan kronologis. Bagian ini merupakan inti dari teks.
- Reorientasi: Pembahasan ulang peristiwa, biasanya disertai komentar pribadi penulis. Bagian ini bersifat opsional yang artinya tidak semua teks terdapat bagian ini.
Contoh Teks Rekon
Berikut merupakan contoh teks rekon:
Contoh 1
Judul: Candi Gedong Songo
Orientasi:
Candi Gedong Songo berada di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara di sini cukup dingin. Kompleks candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi. Istilah Gedong Songo berasal dari bahasa Jawa, yakni "gedong" berarti rumah atau bangunan, "songo" berarti sembilan. Jadi, arti kata Gedong Songo adalah sembilan (kelompok) bangunan.
Lokasi candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang. Terkadang kabut tipis turun dari atas gunung sering muncul yang mengakibatkan mata tidak dapat memandang Candi Gedong Songo dari kejauhan.
Urutan Peristiwa:
Untuk menuju ke Candi Gedong I, kita harus berjalan sejauh 200 meter dari pintu masuk melalui jalan setapak yang naik. Kita dapat memanfaatkan jasa transportasi kuda untuk berwisata mengelilingi obyek wisata Candi Gedong Songo. Perjalanan dapat kita teruskan menuju Candi Gedong II kurang lebih 300 meter dengan mengikuti jalan setapak yang sudah di paving. Di sela-sela antara Candi Gedong III dengan Gedong IV terdapat sebuah kepunden gunung sebagai sumber air panas dengan kandungan belerang cukup tinggi. Para wisatawan dapat mandi dan menghangatkan tubuh di sebuah pemandian yang dibangun di dekat kepunden tersebut. Bau belerangnya cukup kuat dan kepulan asapnya lumayan tebal ketika mendekati sumber air panas tersebut.
Setelah dari Candi Gedong IV, kita menuju Candi Gedong V yang berada di bukit paling atas dan merupakan candi terakhir yang kami temukan. Mengapa Candi terakhir? Karena tidak ada lagi candi setelah candi ini. Mungkin bangunan candi lainnya telah hancur karena berbagai faktor. Perlu diketahui bahwa di Candi Gedong V ini ada 2--3 candi yang bangunannya juga tidak utuh lagi. Begitu juga kondisi candi-candi sebelum Candi Gedong V ini.
Reorientasi:
Obyek wisata Candi Gedong Songo cocok sekali untuk refreshing pemandangan alam sekaligus tracking karena dari pintu masuk hingga candi terakhir yaitu Candi Gedong V lumayan menanjak. Sangat dekat sekali dengan Puncak Gunung Ungaran. Pemandangan dari Candi Gedong V sangat indah sekali, ke arah bawah kita dapat melihat Rawa Pening di Salatiga dan Kota Ambarawa. Ke arah belakang/atas dapat kita lihat Puncak Gunung Ungaran yang sangat indah diselingi asap belerang yang muncul dari sela-sela jurang antara Candi Gedong III dan IV. Karena keindahannya Candi Gedong Songo ini sering menjadi tempat yang indah untuk foto-foto prewedding.
Contoh 2
Judul: Terserempet
Orientasi:
Hari keempat lebaran, saya dan teman-teman pergi ke Waduk Wadaslintang. Waduk Wadaslintang berada di perbatasan Kebumen, Wonosobo. Saya pergi bersama teman-teman saya, Alivia, Zamzam, serta Syarif. Ketika saya pulang kerja, teman-teman sudah menunggu saya. Mereka lalu mengajak saya keluar.
Urutan Peristiwa:
Awalnya kami tidak merencanakan untuk pergi ke waduk. Baru ketika di perjalanan kami memutuskan untuk pergi ke sana karena udara di sana sangat segar, pemandangannya pun sangat indah. Kami juga berencana untuk mengunjungi teman kami yang rumahnya tidak jauh dari sana.
Dalam perjalanan, ada peristiwa yang tak terduga. Saat itu jalanan macet karena arus balik lebaran. Banyak mobil yang tidak dapat melaju. Di sisi lain, para -pengendara sepeda motor saling menyusup deretan-deretan mobil tersebut. Teman saya salah satunya. Walaupun sudah berulang kali saya peringatkan untuk berhati-hati, Zamzam tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Ketika akan mendahului mobil lain, tiba-tiba dari arah belakang muncul mobil yang juga akan mendahului. Akibatnya, teman saya terserempet bagian depan mobil tersebut dan terjatuh. Beruntung kami tidak terluka.
Reorientasi:
Kami melanjutkan perjalanan dengan pelan-pelan. Sesampainya di sana, kami terlebih dahulu pergi ke rumah teman kami. Kemudian, kami pergi ke waduk bersama-sama. Pemandangan di sana sangat indah. Ribuan kilometer perairan terhampar. Sungguh segar udara di sana.
Komentar
Posting Komentar