SERIAL XXIV SIRAH NABI UNTUK REMAJA
24. SITUASI UMUM KOTA MADINAH
Oleh: Irsyad Syafar
Dengan izin Allah, Rasulullah Saw. dan para sahabat Muhajirin telah selamat sampai ke Madinah. Mereka ditampung dan dilindungi oleh kaum muslimin Madinah yang kemudian menjadi populer dengan sebutan kaum Anshar. Tentu saja hijrah ke Madinah ini bukan sekedar lari dari gangguan dan penindasan kafir Quraisy. Akan tetapi juga dalam rangka membangun masyarakat baru yang islami. Dan tentu tujuan itu akan terwujud jika tersedia daerah atau negeri yang aman dan masyarakat yang mendukung.
Secara otomatis keberadaan Rasulullah Saw. di Madinah adalah pemimpin bagi kaum Muhajirin dan sekaligus bagi kaum Anshar. Sebab kaum anshar melalui perwakilan mereka yang 75 orang pada baiat Aqabah yang kedua, telah menyatakan janji setia dan kesiapan patuh dalam segala situasi kepada Rasulullah Saw. Namun di kota Madinah tersebut Rasulullah Saw. tidak sekedar berhadapan dengan kaum Anshar saja. Melainkan ada kaum-kaum lain yang menjadi penduduk asli kota Madinah atau sudah menetap disana bertahun-tahun lamanya.
Secara garis besar, pada saat itu komposisi penduduk kota Madinah terdiri dari 3 komponen besar:
*1. Kaum muslimin dari Muhajirin dan Anshar*
Bagi kaum Muhajirin kehidupan di Makkah jelas sangat berbeda dengan kehidupan baru mereka di Madinah. Saat di Makkah, walaupun mereka semua adalah sama-sama muslim, namun mereka tinggal berpencar-pencar di berbagai suku, keluarga dan lokasi yang berbeda. Dan dilokasi masing-masing, mereka kebanyakan dalam kondisi tertindas, dilecehkan dan tidak dianggap sama sekali. Mereka tidak memiliki kekuasaan dan kekuatan sama sekali.
Sehingga dalam mengamalkan ajaran Islam mereka penuh dengan keterbatasan. Ritual ibadah mereka seperti shalat hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Di samping itu juga belum banyak syariat ibadah dan hukum Islam yang diturunkan Allah Swt. kepada mereka. Mayoritas surat-surat Al Quran pada priode Makkah (Ayat-ayat Makkiyah) berisikan tauhid, ajakan kepada kebajikan dan akhlak mulia, serta menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Mayoritasnya dapat diaplikasikan secara individu.
Adapun ketika sampai di Madinah, suasana menjadi sangat terbalik. Kaum Muhajirin relatif hidup berdekatan dan dapat saling membantu dan menguatkan. Dan mereka juga mendapat perlindungan serta penghormatan dari saudara-saudaranya kaum Anshar. Bahkan kaum Anshar sangat mencintai mereka. Mereka berbagi harta dan rumahnya dengan kaum Muhajirin. Mengenai sikap Anshar ini, Allah Swt. memujinya dalam firmaNya:
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ. (الحشر: 9).
Artinya: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS Al Hasyr: 9).
Dengan suasana dan situasi yang sangat kondusif itu, tentunya kaum muslimin Madinah (Muhajirin dan Anshar) sangat mungkin mewujudkan sebuah masyarakat Islami yang jauh dari budaya jahiliyah. Dan mereka dengan bebas bisa menjalankan ajaran Islam secara baik. Apalagi di Madinah Rasulullah Saw. telah menjadi pemimpin mereka, dan mereka tidak di bawah kendali dan kekuasaan pihak manapun. Pilar-pilar kehidupan sebuah masyarakat yang independen sudah dapat mereka wujudkan. Mulai dari urusan aqidah, ibadah, halal dan haram, ekonomi dan pembangunan, politik dan pemerintahan, serta sosial kemasyarakatan.
*2. Kaum musyrikin Madinah yang belum masuk Islam*
Ini adalah kelompok kedua dari komponen penduduk kota Madinah. Mereka orang-orang asli dari kota Madinah. Mereka tersebar di berbagai kabilah yang ada. Jumlah mereka jauh berkurang dengan banyaknya yang sudah masuk Islam. Semenjak kedatangan utusan Rasullullah Saw. (Mush’ab bin Umair) ke Madinah pasca baiat Aqabah pertama, satu-persatu keluarga (rumah-rumah) di Madinah menjadi muslim. Bahkan pemuka-pemuka mereka dari Aus dan Khazraj juga termasuk generasi awal yang menjadi Muslim.
Kaum musyrikin Madinah posisinya menjadi dilematis. Di satu sisi mereka masih kukuh dengan agama nenek moyang mereka (syirik). Di sisi lain saudara-saudara mereka kaum Anshar sudah dalam barisan Rasulullah Saw. Akibatnya mereka harus mengambil satu dari dua pilihan: pertama, tetap dalam keadaan musyrik namun berhubungan baik dengan kaum muslimin. Atau yang kedua, berpura-pura masuk Islam dan memperlihatkan cinta (loyalitas) kepada Rasulullah Saw. Sementara hati mereka masih dalam kesyirikan.
Adapun kelompok yang pertama, jumlah mereka dari tahun ke tahun semakin berkurang. Sebab diantara mereka kemudian menyatakan masuk Islam. hal itu terjadi karena mereka terus menyaksikan bukti-bukti kebenaran Rasulullah Saw. dan ketinggian ajaran Islam. sedangkan kelompok kedua, mereka kemudian dikenal menjadi kaum Munafiqin. Gembongnya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Mereka akan selalu menjadi duri dalam daging bagi Rasulullah Saw. dan kaum muslimin. Berbagai peristiwa dan peperangan ke depan, mereka ikut andil di dalam memicunya atau mereka bekerjasama dengan kafir Quraisy atau kaum Yahudi.
Abdulah bin Ubay bin Salul memang memendam kebencian yang sangat dan kecemburuan yang luar biasa kepada Rasulullah Saw. Sebab, sebelum kedatangan Rasulullah Saw. ke Madinah, secara defacto (realita) dialah sebenarnya pemimpin Madinah bagi Aus dan Khazraj. Kata-kata dan pendapatnya didengar di Madinah. Dan kaum musyrikin Madinah juga memperlakukannya bagaikan seorang pemimpin. Namun, begitu Rasulullah Saw. datang ke Madinah, semuanya beralih kepada Beliau. Karena itulah ia sangat hasad dengan Rasulullah Saw. dan selalu melakukan makar untuk mencelakakan Beliau.
Abdullah bin Ubay juga memiliki pendukung dan pengikut. Yaitu mereka-mereka yang hatinya lemah dan biasa menyimpan kedengkian. Juga beberapa pemuka kabilah yang merasa kehilangan posisi setelah kaumnya banyak yang beralih menjadi muslim. Mereka inilah yang menjadi tangan kanan Abdullah bin Ubay dan menjadi pentolan-pentolan kaum munafiqin. Berbagai rencana mereka lancarkan untuk memerangi orang yang mereka anggap telah merampas kerajaan mereka.
*3. Kaum yahudi Madinah*
Kaum Yahudi Madinah ini awalnya mereka berasal dari kawasan sekitar Palestina yang bertahun-tahun mendapat tekanan secara politik dari bangsa Asyur dan Romawi. Akhirnya mereka bergabung dengan bangsa Arab di Hijaz dan sekitarnya. Masuklah mereka ke Madinah, Tabuk, Khaibar, Wadil Qura dan lain-lain. Mereka membaur dengan bangsa Arab dan berperilaku bagaikan orang Arab. Baik dalam pakaian, budaya maupun bahasa. Mereka menikah dengan wanita Arab dan memberi nama-nama dengan nama Arab. Namun mereka aslinya tetap orang yang Yahudi yang memakai bahasa Ibrani.
Jauh sebelum Islam datang mereka sudah banyak hidup di Madinah. Bahkan mereka sangat eksis dan memiliki kekuatan ekonomi, politik dan sosial di sana. Bahkan mereka seringkali melecehkan dan merendahkan bangsa Arab karena dominan yang buta huruf (ummiyyun). Sehingga mereka menganggap bangsa Arab ini kaum yang bodoh, dan merasa boleh-boleh saja mengambil harta orang Arab seenaknya mereka. Gaya Yahudi ini Allah Swt. sebutkan dalam firmanNya:
وَمِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ مَنْ إِن تَأْمَنْهُ بِقِنطَارٍ يُؤَدِّهِۦٓ إِلَيْكَ وَمِنْهُم مَّنْ إِن تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَّا يُؤَدِّهِۦٓ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَآئِمًا ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا۟ لَيْسَ عَلَيْنَا فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ. (أل عمران: 75).
Artinya: “Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.” (QS Ali Imran: 75).
Kaum Yahudi ini sangat piawai dalam bisnis dan ekonomi. Mereka mengendalikan perputaran bisnis korma, biji-bijian, kain dan juga khamar (tuak). Mereka mengeskpor korma keluar Madinah dan kemudian mereka mengimpor kain dan khamar dan mereka jual di Madinah. Dalam keuntungan bisnis sering kali Yahudi mengambilnya berlipat ganda. Dan merekalah yang membawa dan menerapkan sistem riba ke jazirah Arab. Mereka berikan pinjaman dengan bunga berlipat-lipat kepada pemuka-pemuka Arab. Lalu jaminannya adalah tanah-tanah dari suku Arab. Tak lama kemudian tanah itu menjadi milik mereka karena orang Arab tidak mampu menebus hutangnya.
Watak lain dari kaum Yahudi yang hidup di Madinah adalah suka menyebarkan isu, kebohongan dan berita-berita palsu (hoaks). Mereka buat persekongkolan dengan beberapa suku Arab dan mereka picu peperangan antar sesama bangsa Arab. Sehingga bangsa Arab berada pada peperangan saudara yang tak kunjung padam. Sedikit saja pertikaian, dapat mereka akumulasikan menjadi perang. Akibatnya bangsa tetap lemah sedangkan mereka (Yahudi) tetap eksis dan kuat. Aus dengan Khazraj dua kabilah besar di Madinah pernah mengalami perang panjang berpuluh tahun karena adu domba kaum Yahudi.
Di dalam kota Madinah terdapat 3 kabilah besar Yahudi. Pertama Yahudi bani Qainuqa’. Mereka adalah sekutu kaum Khazraj. Kedua Yahudi Bani Quraizhah, yang merupakan sekutu kaum Aus. Dan ketiga Yahudi Bani Nadhir yang juga sekutu dari Aus. Ketiga kabilah inilah yang selalu bersekongkol sehingga Aus dan Khazraj sering bertikai atau berperang. Yahudi Madinah ini menjadi tantangan berat dakwah Rasulullah Saw. Mereka kaum yang banyak mengerti dengan kita-kitab suci. Tapi juga berani berbohong dan memutarbalikkan wahyu-wahyu Allah Swt.
Secara umum Yahudi Madinah mengambil sikap permusuhan yang nyata kepada dakwah Rasulullah Saw., sejak awal-awal kedatangannya. Walaupun itu tidak langsung secara terang-terangan mereka perlihatkan. Dari kita suci yang mereka baca, mereka sangat tahu tanda-tanda Nabi Akhir zaman. Dan begitu Nabi itu muncul, mereka sangat kecewa dan benci. Karena ternyata Nabi terakhir itu tidak Allah utus dari keturunan Yahudi. Sehingga para pemuka Yahudi bersumpah akan memusuhi Nabi tersebut sampai akhir hayat mereka.
Imam Bukhari meriwayatkan tentang masuk Islamnya salah seorang pendeta Yahudi yang bernama Abdullah bin Salam. Ia masuk Islam semenjak Rasulullah Saw. berada di Quba’. Ia mendatangi Rasulullah Saw. dan menanyakan beberapa pertanyaan yang tidak mungkin dijawab kecuali oleh seorang Nabi. Ketika Rasulullah mampu menjawabnya, ia langsung beriman dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah masuk Islam, Abdullah berkata kepada Rasulullah Saw.: “Sesungguhnya orang Yahudi itu orang yang suka mendustakan. Jika mereka tahu aku masuk Islam sebelum engkau tanyakan kepada mereka, maka mereka akan mendustai aku.” Maka kemudian Rasulullah Saw. memangil sekelompok orang Yahudi. Lalu Beliau bertanya, “Bagaimana pandangan kalian terhadap Abdullah bin Salam?” Mereka menjawab, “Ia adalah orang yang paling alim, anak dari orang yang paling alim di antara kami. Ia adalah orang yang paling baik di antara kami dan anak orang yang paling baik di antara kami.”
Lalu Rasulullah Saw. bertanya lagi, “Apakah pendapat kalian kalau ia masuk Islam?” mereka menjawab, “Oh, itu tidak akan mungkin terjadi.” Mereka ulang dua atau tiga kali. Lalu Abdullah bin Salam muncul ke hadapan merka dan berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah. Dan sesungguhnya Ia dalam kebenaran.” Mereka langsung spontan mengatakan, “Engkau dusta!” bahkan kemudian mereka katakan lagi, “Ia adalah orang yang paling buruk di antara kami, dan anak orang yang paling buruk di antara kami.” (Shahih Bukhari, 1/559).
Itulah tiga kelompok besar penduduk kota Madinah diawal keberadaan dakwah Rasulullah Saw. di sana. Ketiganya akan mewarnai secara signifikan seluruh dinamika dan perjuangan Rasulullah Saw. pada priode Madinah. Dan wahyu yang turun pada priode ini akan sangat banyak membicarakan dan mengulas pertarungan dan gesekan antara 3 kelompok besar tersebut.
Bersambung…
Komentar
Posting Komentar