Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Etika Menyebar Berita

ETIKA MENYEBAR BERITA Oleh: Irsyad Syafar Aisyah radhiyallahu 'anha  pernah terkena fitnah yang sangat dahsyat. Tidak saja menguncang dirinya dan keluarga Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahkan juga mengguncang kota madinah secara keseluruhan. Fitnah keji ini bermula dari "tercecernya" Aisyah ra. dari rombongan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam saat perjalanan pulang dari perang Muraisi' (perang bani Musthaliq). Rombongan pasukan sudah berangkat menuju Madinah. Sementara Aisyah ra. tertinggal di belakang karena mencari kalungnya yang hilang. Pasukan mengira Aisyah ra. ada di dalam tandu (sekedup) di atas punggung onta. Aisyah ra. yang tertinggal di belakang ini kemudian dibawa sampai ke Madinah oleh seorang sahabat mulia Shofwan bin Al Mu'aththal As Sulami, dengan menunggang onta. Dalam posisi Shofwan menuntun onta dari bawah, dan Aisyah ra. berada di atas onta inilah mereka berdua memasuki kota Madinah. Kejadian ini disaksikan oleh banyak penduduk Ma...

Guru Kehidupan Terlama dan Terakhir

Gambar
GURU KEHIDUPAN TERLAMA DAN TERAKHIR Oleh: Kak Eka Wardhana  Disadari atau tidak, sebenarnya dalam hidup kita selalu punya seseorang yang jadi alter ego dan cerminan diri. Seseorang yang darinya kita belajar banyak tentang kehidupan. Orang-orang inilah yang bisa disebut guru-guru kehidupan kita.  Di saat kecil, kita akan bercermin pada ayah dan bunda kita. Marah kita seperti marahnya mereka. Santun kita seperti santunnya mereka. Salah dan benar kata mereka, itu pula yang kita ikuti. Tapi manusia tak cukup dengan guru kehidupan ini, pencariannya pun berlanjut.  Menginjak tahun-tahun bersekolah, kita mulai memiliki banyak guru kehidupan: selain orangtua di rumah, Bapak dan Ibu guru juga jadi guru kehidupan kita. Seringkali yang kita ingat bukan pelajaran yang diajarkan tetapi sikap mereka: bagaimana respon menghadapi murid yang nakal, bagaimana sikap saat mendampingi tim sekolah ke sebuah lomba dan lain-lain. Tetapi sebagai guru kehidupan, para bapak dan ibu guru ki...

1000 Guru Asean Menulis Puisi

KAWACA.COM - Dalam rangka menyambut Hari Puisi Indonesia 2018, Perkumpulan Rumah Seni Asnur membuat Gerakan Akbar Guru ASEAN Menulis Puisi. Penerimaan naskah dibuka dua tahap dengan batas akhir pengiriman tanggal 20 Agustus 2018. Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan akhirnya Asrizal Nur selaku penggagas bersama Tim Kurator (Rini Intama, Eddy Pramduane, Lily Siti Maltatuliana, Srikandi Indung Sarerea, dan Firdaus HN) mampu menghimpun sejumlah puisi karya  guru dari 33 Provinsi di Indonesia, serta negara tetangga seperti Brunei Darussalam dan Malaysia. Puisi-puisi tersebut akan diterbitkan menjadi buku besar dengan judul TENTANG SEBUAH BUKU DAN RAHASIA ILMU. Buku tersebut akan diberi pengantar oleh Maman S. Mahayana, serta endorsement dari Sutardji Calzoum Bachri, Rida K Liamsi, Hasan Aspahani, Sofyan RH. Zaid, Muh. Syarif Bando (Kepala  PNRI) , dan Diki Lukman Hakim (Kepala Satuan Pelaksana PDS H.B. Jassin). Mohon doa dan dukungan semua pihak, buku tebal ter...