SERIAL X SIRAH NABI UNTUK REMAJA

SERIAL X SIRAH NABI UNTUK REMAJA
10. BERDAKWAH TERANG-TERANGAN

Oleh: Irsyad Syafar

Setelah berjalan dakwah Rasulullah Saw. secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun, nama Islam sudah mulai tersebut di dalam kota Makkah. Rasulullah Saw. berhasil merekrut sekitar 40 sampai 50 orang menjadi kaum muslimin. Mereka mayoritasnya adalah pemuda dengan usia rata-rata di bawah usia Rasulullah Saw. Abu Bakar, Utsman, Zubeir, Thalhah, Bilal, Zaid, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain, itu semua usianya lebih kecil dari pada usia Rasulullah Saw.

Perjalanan dakwah sirriyah selama 3 tahun merupakan titik tolak untuk segera membuka dakwah ke hadapan publik kota Makkah. Maka turunlah perintah pertama dari Allah Swt. agar Rasulullah Saw. memulainya dengan mendakwahi keluarga besarnya dari kalangan bani Hasyim. Perintah tersebut adalah firman Allah Swt.:

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ. (الشعراء: 214).

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.” (QS. Asy Syu’ara: 214).

Setelah menerima perintah tersebut, Rasulullah Saw. langsung mengundang keluarga terdekatnya, dari Bani Hasyim. Rasulullah menjamu mereka di rumah Beliau. Hadir pada jamuan tersebut sekitar 45 orang laki-laki itu. Namun dalam pertemuan pertama ini Rasululah Saw. belum sempat berbicara menyampaikan dakwahnya. Karena tiba-tiba Abu Lahab mengambil alih pembicaraan dan seperti menguasai forum. Bahkan ia juga mengultimatum Rasulullah agar tidak membawa ajaran-ajaran baru.

Namun Rasulullah tidak berputus asa atas kejadian tersebut. Beliau pun mengundang mereka kembali dalam sebuah jamuan. Kali ini, Beliau dapat berbicara kepada mereka dengan baik dan rinci. Setelah memuji Allah Swt. dalam mukaddimah pembicaraanya, Rasulullah berkata: 

“Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Dan seorang kepala keluarga tidak akan mencelakakan keluarganya. Demi Allah yang tiada tuhan selainNya, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus, dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, sungguh kalian akan mati seperti kalian tidur, lalu kalian akan dibangkit seperti kalian bangun. Sungguh kalian akan dihisab kelak atas perbuatan kalian. Sesungguhnya balasannya bisa surga selama-lamanya, atau neraka selama-lamanya.”

Abu Thalib yang mendengar pidato Rasulullah Saw. ini sangat tertarik dan menyatakan dukungannya. Ia persilakan Rasulullah untuk melanjutkan dakwahnya, ia akan membela dan melindunginya. Namun ia tetap berada dalam agama Abdul Muththalib. Sementara itu Abu Lahab menolak seruan Rasulullah ini. Ia menganggap ini sebuah keburukan dan mengajak yang lain-lain untuk berhati-hati. 

Karena melihat ada dukungan dan penjagaan dari Abu Thalib, Rasulullah mulai memperluas seruan dakwahnya. Pada suatu pagi Beliau naik ke bukit Shafa dan memanggil orang-orang Quraisy yang ada di sekitar Ka’bah secara terbuka. “Wahai Bani Fihr, Wahai Bani Adi!” Rasulullah menyeru suku-suku Quraisy hingga mereka berdatangan. Sebagian yang tidak bisa datang, mengirimkan utusan untuk mendengar apa kira-kira yang akan disampaikan oleh Rasulullah Saw. 

Setelah mereka berkumpul, Rasulullah Saw. bertanya kepada mereka untuk menguji kepercayaan mereka kepada Beliau: “Bagaimana menurut pendapat kalian bila aku beritahukan bahwa di balik bukit ini ada segerombolan pasukan berkuda yang akan menyerang kalian? Apakah kalian percaya kepadaku?” Mereka menjawab: “Ya, kami tidak pernah tahu dari dirimu selain kejujuran.” Maka Rasulullah Saw. berkata: “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian terhadap azab yang amat pedih."

Mendengar seruan Rasulullah Saw. tersebut, Abu Lahab langsung menimpali: “Celakalah engkau Muhammad. Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?” Maka Allah Swt. membantah ucapan Abu Lahab ini dengan menurunkan ayat-ayat yang menegaskan kecelakaan baginya. Allah Swt. berfirman:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ . مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ . سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ . وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ . فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ. (اللهب: 1-5).

Artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta benda dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut." (QS. Al Lahab: 1-5).

Maka bergemalah suara Islam di pusat kota Makkah yang juga sebagai pusat penyembahan berhala waktu itu. Rasulullah Saw. telah terang-terangan menyampaikan dakwahnya. Yaitu dakwah ajaran Islam yang menyembah Allah semata, dan membatalkan seluruh sembahan selainNya. Dalam suasan itu, turunlah firman Allah Swt.:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ. (الحجر: 94).

Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS. Al Hijr: 94).

Dengan turunnya ayat ini, Rasulullah Saw. mendapat legitimasi dari Allah Swt. untuk bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik. Juga menyebutkan kedudukan semua berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak bernilai dan tidak mampu untuk memberikan manfaat dan mudharat. Beliau jelaskan kepada mereka bahwa berhala yang mereka jadikan sebagai wasilah (sarana) menuju Allah Swt. adalah kesesatan yang nyata.

Tentu saja dakwah terang-terangan ini dan pernyataan Rasulullah yang sudah sangat jelas ini membuat kota Makkah menjadi heboh dan mulai memanas. Penolakan dan pengingkaran terhadap agama dan dakwah baru ini langsung mencuat. Mereka bagaikan tersambar petir disiang bolong. Karena mereka tidak pernah menyangka sesembahan dan agama nenek moyang mereka akan dicela oleh seseorang. Dan seseorang itu adalah orang yang selama ini sangat mereka percayai.

Awalnya mereka menganggap lalu saja dakwah Nabi Muhammad Saw. saat fase sembunyi-sembunyi. Tapi ternyata dakwah ini akan mengakhiri eksistensi mereka dan kesyirikan yang telah lama mapan. Sebab konsekwensi dari beriman kepada Allah dan RasulNya adalah berlepas diri dari seluruh sembahan selain Allah, dan ketundukan penuh kepada ajaran agama Islam. Dan tentu secara otomatis posisi sosial, politik dan kekuasaan mereka di kota Makkah akan berubah total alias terancam.

Di samping suasana yang sangat emosional, kaum musyrikin Quraisy juga mengalami kebingungan dan serba salah. Yang membuat mereka bingung adalah, figur Rasulullah Saw. tidak ada celanya. Mereka sendiri yang memberikan gelar al amin karena beliau adalah orang terpercaya yang tidak pernah berdusta. Beliau adalah lambang keluhuran dan ketinggian akhlak dan budi pekerti, yang belum ada tandingannya sepanjang sejarah ayah dan kakek mereka. Dalam kebingungan seperti itu, mereka tidak punya cara menghentikan Rasulullah saat itu kecuali dengan mendatangi Abu Thalib terlebih dahulu.

Bersambung…

Komentar