SERIAL VIII SIRAH NABI UNTUK REMAJA

SERIAL VIII SIRAH NABI UNTUK REMAJA
8. TURUNNYA WAHYU PERTAMA

Oleh: Irsyad Syafar

Nabi Muhammad Saw. menyendiri (‘Uzlah) berkhalwat dan bertahannuts (beribadah) di gua Hira sekitar 3 tahun menjelang usia 40 tahun. Beliau berdiam dan bertafakkur selama sebulan lebih kurang, kemudian kembali ke rumah dan mencukupkan bekalnya, lalu Beliau balik lagi ke gua Hira. Begitulah berulang-ulang Beliau lakukan. Penyendirian ini merupakan tadbir (rekayasa) Allah untuk mengkondisikan dirinya menerima beban berat memikul risalah Nabi yang terakhir. 

Enam bulan pada tahannuts tahun ketiga, Beliau selalu bermimpi dengan mimpi yang benar (ru’ya shadiqah). Yaitu mimpi yang serupa fajar shubuh yang menyingsing. Di tahun itu pula, ketika usia Rasulullah sudah memasuki 40 tahun, tampaklah tanda-tanda kenabian lainnya seperti sebuah batu di Makkah yang mengucap salam kepada beliau. Usia 40 tahun adalah usia kematangan manusia, dan kebanyakan Nabi atau Rasul diangkat oleh Allah pada usia tersebut.

Pada Ramadhan tahun ketiga Beliau melakukan ‘uzlah di gua Hira, datanglah kehendak Allah Swt. untuk menurunkan rahmatNya bagi semesta alam dan bagi manusia sampai akhir zaman. Allah Swt. turunkan wahyuNya yang pertama kepada Rasulullah Saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril. Wahyu itu turun pada hari Senin, tanggal 21 Ramadhan, kepada Nabi Saw. Umur Beliau Saw. ketika itu adalah 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut hitungan Qamariyah dan diperkirakan berdasarkan hitungan Syamsiyah adalah 39 tahun, 3 bulan, 20 hari.

Di dalam kitab shahih Bukhari, terdapat hadits dalam bab “Awal Turunnya Wahyu kepada Rasulullah Saw. Dimana Ummul mukminin ‘Aisyah ra. menceritakan kisah turunnya Malaikat Jibril ini. Ketika berada di gua Hira, malaikat datang dan berkata, “Bacalah!” Nabi Muhammad Saw. berkata, “Saya tidak bisa membaca.” Malaikat tersebut kemudian memeluk Rasulullah Saw. hingga terasa sesak, dan kemudian ia melepaskan Beliau. 

Kemudian setelah itu, dia memintanya membaca kembali, Rasulullah Saw. berkata, “Saya tidak bisa membaca.” Kemudian dia kembali memeluk Nabi Saw. untuk kedua kalinya hingga beliau merasa sesak. Kemudian malaikat Jibril melepaskannya dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah Saw. berkata, “Saya tidak bisa membaca.” Kemudian dia memeluk Nabi Saw. untuk yang ketiga kalinya, lalu melepaskannya. Kemudian malaikat tadi mengatakan:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5).

Dengan turunnya wahyu pertama ini maka Nabi Muhammad Saw. telah resmi menjadi Nabi. Namun Beliau sendiri belum menyadari hal itu sepenuhnya. Sebab Beliau belum pernah tahu hal ini sebelumnya, dan Beliau adalah seorang yang ummi alias tidak bisa menulis dan membaca. Tentunya Beliau tidak pernah membaca tentang kisah nabi-nabi terdahulu ataupun tentang wahyu. Semua peristiwa ini betul-betul baru baginya.

Selesai menerima wahyu pertama ini, Rasulullah Saw. segera kembali pulang ke rumahnya, dalam keadaan ketakutan. Beliau masuk ke rumahnya dan menemui Khadijah binti Khuwailid ra. Rasulullah Saw. berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku.” Khadijah menyelimutinya hingga rasa takutnya hilang. 

Rasulullah Saw. menceritakan apa yang baru saja terjadi dan menimpa dirinya di gua Hira. Beliau berkata kepada Khadijah setelah memberitahukan masalahnya, “Saya mengkhawatirkan diri saya.” Khadijah berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu sama sekali. Sebab engkau adalah orang yang suka menyambung hubungan silaturahim, membantu orang lain, memberi orang yang tidak punya, memuliakan tamu, membantu orang-orang yang tertimpa musibah.” 

Tidak cukup dengan menenangkan suaminya saja, malah Khadijah kemudian membawanya untuk menemui anak paman Khadijah yang bernama Waraqah bin Naufal bin Asad Abdul Uzza. Waraqah ini adalah seorang penganut agama Nashrani pada zaman jahiliyah. Ia pandai menulis dengan bahasa Ibrani dan juga menulis Injil dengan bahasa Ibrani. Sehingga ia memiliki wawasan yang lumayan tentang kitab suci dan tentang kenabian.

Pada waktu itu Waraqah sudah berusia lanjut dan bahkan matanya sudah buta. Khadijah berkata kepada Waraqah, “Wahai anak pamanku, dengarkanlah perkataan dari anak saudaramu.” Waraqah bertanya, “Wahai anak saudaraku, apa yang kamu telah lihat?” Rasulullah Saw. menceritakan semua yang telah beliau alami di gua Hira. Setelah mendengar penuturan Beliau, Waraqah berkata, “Ini adalah Namus (Jibril) yang Allah turunkan kepada Musa. Alangkah indahnya bila saya masih muda (kuat). Andai saja saya masih hidup saat kaummu mengusirmu dari kampung halamanmu.”

Rasulullah Saw. merasa heran dan bertanya, “Apakah mereka (kaumku) akan mengusir saya dari kampung saya?” Waraqah menjawab, “Benar, tidak ada orang yang membawa seperti apa yang engkau bawa ini, melainkan orang tersebut akan dimusuhi. Saya berjanji seandainya saya mendapatkan harimu itu, maka saya akan menolongmu dengan pertolongan yang maksimal.” Namun tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan ia tidak sempat mendapatkan kelanjutan masa kenabian Rasulullah Saw. ketika berhadapan dengan paman-pamannya dan kaum jahiliyah kota Makkah.

Kemudian selama beberapa hari setelah itu terputuslah wahyu. Pada hari-hari terputusnya wahyu Rasulullah Saw. hanya diam, termenung dan bahkan tampak gelisah. Imam Bukhari dalam kitab At Ta’bir pada Shahih-nya meriwayatkan, Rasulullah Saw. beberapa kali sempat lari ke bukit dan ingin menjatuhkan diri ke jurang. Namun ketika sampai ke puncak bukit, Malaikat Jibril menampakkan dirinya seraya mengatakan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar utusan Allah.”
Setelah itu Rasulullah kembali tenang dan pulang ke rumah. Selang beberapa hari wahyu berikutnya belum juga turun. Sehingga Beliau kembali gelisah dan pergi ke bukit. Lalu Malaikat Jibril menampakkan dirinya dan mengatakan perkataan yang sama. Beliau pun kembali tenang dan kini telah siap menerima wahyu berikutnya. Suasana ini merupakan cara Allah dalam mengkondisikan Rasulullah Saw. Sehingga Beliau menjadi sangat rindu akan turunnya wahyu Kembali.

Barulah kemudian Turun wahyu yang kedua, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya. Rasulullah bersabda: “Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan pandangan ke langit. Ternyata di sana ada malaikat yang mendatangiku di gua Hira, sedang duduk di sebuah kursi, menggantung di antara langit dan bumi. Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerembab ke atas tanah. Kemudian aku menemui keluargaku dan kukatakan, ‘Selimuti aku, selimuti aku.”

Kemudian Allah Swt. menurunkan Surat Al Muddatsir ayat ayat 1-7: 
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (1) قُمْ فَأَنْذِرْ (2) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (3) وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (4) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (5) وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (6) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ (7)

Artinya: “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS. Al Muddatsir: 1-7)

Dengan turunnya surat Al Muddatsir ini secara resmi Nabi Muhammad Saw. telah menjadi seorang Rasul. Sebab di dalam ayatnya, Beliau sudah diperintahkan Allah untuk memberi peringatan dan menyampaikan wahyu kepada kaumnya. Walaupun pada tahap awal ini dakwahnya masih berlangsung rahasia atau diam-diam. Surat Al Muddatsir ini mengandung perintah mengagungkan Allah semata (tauhid), membersihkan pakaian dan badan dari kotoran, dan perintah membersihkan diri dari segala dosa. Sekaligus juga ada isyarat bagi Nabi Saw. akan beban berat dakwahnya ke depan, sehingga Ia harus bersabar menghadapinya.

Bersambung…

Komentar