TERLANJUR BASAH, YA SUDAH MANDI SEKALI


Oleh: Kamrizal Syafri Adam

Sebenarnya, tidak ada manusia yang tidak bersalah, dan tak berdosa, siapapun!!. Bahkan diantara Nabi dan Rasul ada yang Allah tegur atas kekeliruan dan kekhilafan yang mereka lakukan. Teguran yang membuat mereka sadar, lalu minta ampun dan langsung Allah ampuni. Sehingga akhirnya mereka langsung bersih dari dosa, dan terbebas dari kesalahan. Itulah cara Allah menjaga mereka, dan karena itu mereka dinamakan ma’sum.

Selain dari Nabi dan Rasul tidak ada orang yang ma'sum (bersih dari dosa). Semua manusia pasti berdosa, sengaja atau tidak, dosa tersembunyi atau terang-terangan, dosa besar atau kecil, dan sebagainya. Karena itu, tidak boleh ada manusia, siapapun, merasa dan mengaku tak berdosa, karena itu tidak ada, dan tidak mungkin. Merasa tak berdosa, itu adalah dosa. Mengaku bersih, itulah kotoran jiwa. Merasa paling benar, Itulah sebuah kesalahan. Apa dosanya? Apa salahnya? Dan apa kotoran jiwanya?. Dosa dan kesalahannya adalah “merasa tak berdosa” itu sendiri. Karena perasaan itu, klaim dan pengakuan itu, bersumber dari kebodohan atau kesombongan, hulunya adalah ujub dan keangkuhan. Sedangkan ujub dan kesombongan adalah kesalahan, dan bahkan itu adalah sumber kesalahan. Merasa tak berdosa, merasa diri bersih, dan merasa paling benar, menyebabkan seseorang tak mau mengakui kesalahan dan memperbaikinya. Tidak mau mengakui kekurangan diri dan kelebihan selainnya. Inilah yang disebut sombong, yaitu; menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.

Maka kita diajarkan untuk dengan rendah hati mengakui kesalahan, dan menyadari kezaliman yang melekat pada diri kita. 

Allah mengajarkan kita sebuah doa melalui firman-Nya;

“Ya Tuhan kami, kami telah zalim atas diri kami (dengan dosa), jika Engkau tidak ampuni kami, dan tidak rahmati kami, pastilah kami termasuk orang orang yang rugi” (QS al-‘Araf (7): 23).

Merasa diri bersalah dan penuh dosa adalah awal dari perbaikan. Merasa diri tak bersalah, adalah penyebab dosa berketerusan, dan kesombongan. Terlanjur berbuat dosa adalah baik, jika itu menjadi titik balik pertobatan dan perobahan. (Merasa) tak berdosa itu adalah buruk, yang karenanya kita tak mau menerima nasehat dan masukan. Akibatnya, kita merasa paling benar, merasa paling bersih, mengganggap remeh orang lain, ujub, ongas, dan gila hormat.

===========

Jika kita menyadari bahwa diri penuh dosa, dan mengakui telah atau sedang berbuat dosa, segeralah bertaubat, menyesali kesalahan itu, segeralah berhenti dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Lalu perbanyaklah melakukan kebaikan untuk menghapus dan menebusnya. Jangan terus berbuat dosa, dan jangan putus asa dari ampunan Allah, jangan pesimis untuk mendapatkan maaf-Nya. Karena tak ada dosa yang tak ber-ampun, dan tak ada kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Jangan lanjutkan dosa, dengan alasan sudah terlanjur, dan jangan teruskan kesalahan dengan alasan sudah terlambat untuk berhenti, dan jangan katakan “terlanjur basah, ya sudah mandi sekali.” 

Jangan karena alasan terlanjur, kesalahan dilanjutkan, bahkan ditambah. Bukannya berhenti, bukannya bertaubat, justru diteruskan, ditambah, bahkan nauzubillah, akhirnya tetap dilakoni dan dinikmati.

Jadi, dalam konsep Islam, orang bersalah, segera berhenti, dan perbanyak kebaikan untuk menghapus dan menutupinya. Bukan melanjutkan, apalagi melakukan kesalahan baru untuk menutupi kesalahan terdahulu yang terlanjur atau sengaja dilakukan.

=======

Dalam kehidupan sehari-hari kita temukan ada yang melakukan pencurian, lalu dia tutupi dengan pembunuhan. ada yang melakukan pemerkosaan dan dia tutupi dengan penganiayaan dan pengancaman. Ada yang melakukan korupsi, lalu ia tutupi jejaknya dengan suap, kolusi dan konspirasi. Satu dosa, ia tutupi dengan dosa berikutnya, satu murka ditambah dengan murka selanjutnya. Nauzubilllah min zalik...

==========

Berbuat dosa adalah kesalahan, melanjutkan dosa adalah kebodohan. Tak berhenti dari dosa dengan alasan terlanjur, dan sudah terlambat adalah jebakan syetan. Tak ada motivasi untuk bertaubat, karena putus asa adalah kekeliruan. 
Merasa dosanya tak diampuni berarti putus asa dari rahmat Allah. Beranggapan dirinya kotor, dan tak layak mendapatkan ampunan adalah jebakan iblis, dan mengingkari rahmat dan ampunan Tuhan. Padahal, betapapun banyaknya dosa, sungguh ampunan Allah jauh lebih banyak. Betapapun dahsyatnya maksiat, rahmat Allah jauh lebih luas dan dahsyat. Betapapun kotornya jiwa karena dosa dan maksiat, mudah bagi Allah menghapusnya, hingga tak berbekas. Karena ampunan Allah sangatlah luas, rahmat Allah tidaklah terbatas.

Dalam hadis qudsi Allah berkata: 

“ Dan rahmat-Ku mendahulu azab-Ku” (HR. Bukhari-Muslim)

Artinya rahmat Allah bahkan mendahului murka-Nya.. Ampunan Allah melebihi dosa manusia.
======================

Maka, kembalilah wahai para pelaku dosa, siapapun, dosa apapun dan sebanyak apapun dosa itu. Allah menyayangimu, dan menyiapkan ampunan-Nya untukmu. Rahmat-Nya, melebihi dosa dan kesalahanmu. Kotornya diri mu oleh maksiat, hitamnya hatimu oleh dosa, tidak menghalangi Allah, untuk mengampuni dan memaafkanmu.
Allah selalu membuka pintu taubat-Nya di malam hari, untuk pendosa di siang hari. Allah membukakan kesempatan ampunan di siang hari untuk pelaku maksiat di malam hari. Allah memberikan moment moment ibadah untuk penghapus dosa, bahkan semua ibadah dan kebaikan adalah penghapus dosa. Dan kesempatan itu, senantiasa Allah bukakan sampai nyawa berada diterongkongan. 

Wahai para kourptor, para penipu, dan pengkhianat. Wahai para pezina, para pelacur, dan pelaku LGBT. Wahai para perampok, pembunuh, dan para durjana, wahai orang orang yang murtad, meninggal agama Allah, dan berpaling dari ajaran-Nya.. Kembalilah!!!, bertaubatlah!!!, jangan berputus asa!!!. Jangan katakan, sudah terlanjur, dan jangan katakan sudah terlambat. Jangan katakan, nasi sudah jadi bubur. Jangan katakan, tak mungkin lagi diampuni, dan jangan katakan, saya tak layak dimaafkan. Dosa saya terlalu banyak, masa lalu saya terlalu hitam, diri saya terlalu hina, kesalahan saya terlalu keji, dan sebagainya. Dan jangan katakan: ” terlanjur basah, ya sudah mandi sekali". 

Jangan putus asa, dan jangan patah arang, dan jangan kehilangan harapan. Karena putus asa itu bukan sifat orang yang beriman, bahkan putus asa itu adalah sifat orang orang kafir

Allah berfirman: 

“janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak lah putus asa dari rahmat Allah kecuali orang orang kafir (QS. Yusuf(12): 87).

Gembiralah dengan rahmat Allah, optimislah dengan ampunan-Nya, harap dan huznuzzhanlah pada kasih dan sayang-Nya.!!!

""Ya Allah, maafkan kesalahan kami, ampuni dosa kami. Ya Allah jauhkan antara kami dan dosa kami, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkan kami dari dosa kami , sebagaimana dibersihkan orang kain putih dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah kami dari dosa dosa kami, dengan air, salju dan embun".

Komentar