_Oleh: MUCH. KHOIRI_
Menulis itu melibatkan proses pengembangan gagasan, baik meluas maupun mendalam. Meluas itu menambah jumlah detail, mendalam itu menambah kualitas bahasan detail. Benar bahwa menulis itu melatih nalar, sebab prosesnya mencakup memahami, menggambarkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, atau menerapkan. Sebuah keterampilan bahasa tingkat tinggi, bukan?
Tentu saja, tidak semua kegiatan menulis melibatkan sub-keterampilan tersebut. Menulis catatan harian, misalnya, lebih sederhana dibandingkan menulis paper ilmiah. Itulah mengapa para inatruktur pelatihan menulis suka memotivasi peserta untuk menulis pengalaman, kesan, perasaan, dan hal-hal personal lain. Tulisan semacam ini relatif lebih sederhana pengerjaannya.
Namun, menulis tentunya melibatkan pengembangan ide dari kata ke frase ke klausa atau kalimat ke paragraf ke esai pendek ke esai panjang ke tulisan lebih panjang lagi. Menulis, dengan demikian, meluaskan tambahan detail dan mendalamkan kualitas bahasan. Jangan keburu menilai sulit terlebih dulu. Mau tahu rahasianya?
Baiklah, mari ikuti bersama. Untuk mengembangkan kata menjadi frase, salah satu kata pastilah berfungsi menjelaskan yang lain. Frase "sangat cantik", kata "sangat" menjelaskan kata "cantik". Demikian pun dalam kalimat dan seterusnya. Jadi apa? Penjelasan, ya, kita perlu penjelasan. Kita bisa mengembangkan kalimat atau paragraf dengan menambah penjelasan, entah definitif entah elaboratif. Ia menjelaskan yang belum jelas.
Penjelasan definitif itu penjelasan yang membatasi konsep atau pengertian, bahkan suatu istilah atau diksi tertentu. Sementara, penjelasan elaboratif itu penjelasan yang menguraikan secara lebih detil dari makna yang disampaikan. Dalam paragraf kehadiran dua penjelasan ini kadang berurutan tapi kadang hanua salah satu yang dimainkan. Penulis yang baik tahu mana dan kapan harus menggunakannya.
Selain penjelasan, kita juga bisa menggunakan contoh, kasus, kutipan, data statistik, informasi/berita, hasil wawancara, peribahasa, anekdot, ungkapan filosofis, dan sebagainya. Banyak, bukan? Daftar ini bisa diperpanjang lagi, sesuai dengan pemahaman dan selera kita. Semua ini bahan pengembangan meluas, arah horizontal, alias menambah kuantitas detail.
Agar lebih dahsyat, masing-masing unsur di atas bisa dielaborasikan atau diuraikan dengan lebih dalam (arah vertikal ke bawah). Praktisnya, jika pakai contoh, contoh itu dielaborasikan tuntas. Demikian pun jika kita menggunakan kutipan, peribahasa, anekdot, dan sebagainya. Kedalaman elaborasi inilah yang kerap membedakan tulisan serius dan tulisan biasa-biasa saja. Kedalaman elaborasi pertanda kedalaman pikir dan kearifan penulis.
Tentu, tidak semua tulisan harus menggunakan semua unsur tambahan di atas. Kita justru harus selektif; maksudnya, kita justru perlu memilih dan menggunakan hanya yang relevan saja. Tak perlu dipaksakan penggunaan satu dan lainnya. Mereka akan menemukan "jodohnya" sendiri dalam menyusun tulisan yang bermakna. Pemaksaan dalam menggunakannya malah akan mengacaukan tulisan.
Sepintas sulit untuk menerapkan penggunaannya. Namun, tidak, semua hanya bergantung pada kemauan keras untuk banyak melakukan latihan. Bukankah "Practice makes all things perfect" (latihan membuat segala ya sempurna)? Maka, mari kita mulai menulis artikel kita masing-masing; dan lihatlah apakah kita akan menggunakan unsur-unsur di atas.*
Driyorejo, 13.12.2016
Komentar
Posting Komentar