By: Abdul Hakim El Hamidy
Pernahkah Anda melihat di buku yang Anda baca, “Pengantar Penulis”. Barangkali, Anda kerap menemukannya ya...hehehe. Bukan hanya Anda, saya pun menemukan di beberapa buku yang saya baca dan saya beli. Hehehe.
Ketika saya belum masuk di dunia editing dan dunia kepenulisan, saat membaca dua kata tersebut tidak sedikit pun saya menemukan sebuah kekeliruan. Namun, saya bergelut di dunia editing dan kepenulisan, saya baru memahami bahwa itu adalah sebuah kekeliruan. Dan saya pun ketika awal-awal menulis, pernah mengalami “kekeliruan berjamaah” ini. (Keliru, koq berjamaah? Hehehe).
Kekeliruan ini biasanya terjadi dalam aturan penulisan, terutama terjadi dalam penulisan-penulisan karya ilmiah. Beberapa institusi atau lembaga sudah menyadari kekeliruan ini, tetapi mayoritas masih menganut kesalahan yang terus terjadi. Dalam anatomi naskah seperti laporan, skripsi, tesis, disertasi, maupun buku selalu terdapat PENGANTAR dan PRAKATA. Pengantar dipadankan dalam bahasa Inggris dengan kata foreword dan Prakata dipadankan dalam bahasa Inggris dengan kata preface.
Umumnya para penulis Indonesia menganggap sama antara pengantar dan prakata yang jelas berbeda dalam pandangan konversi internasional. Lalu apa sih bedanya antara pengantar dan prakata? Pengantar ditulis oleh orang lain (tokoh) yang diminta penulis atau penerbit. Tokoh tersebut bisa tokoh masyarakat, pejabat, ataupun orang yang berkompeten di bidangnya. Adapun prakata ditulis oleh penulis sendiri.
PENGANTAR atau sering disebut Kata Pengantar berisikan komentar seseorang (tokoh) terhadap karya penulis maupun pribadi penulis. Pengantar juga dapat berisi rekomendasi untuk membaca karya penulis. Rekomendasi inilah yang kerap dikutip untuk dijadikan testimoni (endorsement) di dalam sampul buku.
PRAKATA berisi maksud penulis menghasilkan karyanya dan untuk siapa (pembaca sasaran) karyanya ditulis. Terkadang penulis juga dapat menyisipkan ucapan terima kasih sebelum mengakhiri prakata.
Setiap naskah yang masuk ke Hakim Publishing yang saya kelola, dari siapa pun, baik dosen, guru, trainer, dll, jika ada yang muncul di awal tulisannya “Pengantar Penulis”, maka saya langsung ubah saja dengan “Prakata”. Lho wong saya di situ berkedudukan sebagai editor, yang si penulis pun sudah melimpahkan mandat kepada saya untuk mengedit tulisannya. Jadi, apa pun kekeliruan dalam kepenulisan, saya segera meluruskannya. Namun, tentunya saya konfirmasi ke penulisnya dan menyatakan argumen saya. Alhamdulillah, penulisnya baik-baik, mereka pun menyerahkannya kepada saya. Ya, kalau tidak mau, tentu saya akan menyerahkan naskah dan dipersilakan si penulis menerbitkannya di penerbit lain. Hehehe. (Koq sadis amat sih? Hehehe)
Nah, sudah tahu ‘kan perbedaan antara Pengantar dan Prakata?
Mulai sekarang, jika Anda sebagai penulis dan ingin menghantarkan buku Anda, maka tulislah Prakata, bukan Pengantar.
Siaaap?!!! :)
Komentar
Posting Komentar