Oleh: MUCH. KHOIRI
(Dosen Unesa dan penulis buku)
Menulis itu lebih merupakan keterampilan daripada pengetahuan. Ia identik dengan menyimak, membaca, dan wicara. Karena itu, menulis termasuk keterampilan berbahasa (language skills), menulis itu "writing skills".
Sama dengan keterampilan lain, untuk mengembangkannya, menulis perlu latihan atau praktik (practice) yang banyak. Menambah pengetahuan boleh, tapi berlatih jauh lebih penting dan relevan. Berlatih menulis membuat seseorang sempurna di bidangnya.
Karena itu, tiada pilihan lain: menulis harus dilatih atau dipraktikkan. Pengetahuan tentang menulis boleh segudang, tetapi jika tidak dipraktikkan, semua itu percuma saja. Hanya dengan latihan lah menulis makin membaik. Mari diingat, apal kaji karena diulang, apal jalan karena ditempuh. Lebih baik jadi siput yang tetap berjalan meski perlahan, daripada jadi kancil yang pelari cepat tapi hanya tidur belaka.
Dengan istilah sederhana, belajar menulis itu ya dengan menulis, bukan dengan membaca teori-teori dan pengetahuan tentang menulis. Sama dengan orang belajar berjalan, bayi tak perlu belajar teori berjalan, melainkan belajar merangkak, berjalan tertatih-tarih, berjalan tegak, dan (bisa) lari.
Analogi lain, untuk menyanyi, Afghan tak perlu mahir menyanyi lebih dulu. Untuk pidato, Soekarno tak perlu menunggu mahir lebih dulu. Untuk menulis, kita tak perlu mahir menulis dulu dan kemudian menulis. Justru untuk menulis, kita harus belajar menulis dengan menulis.
Untuk latihan, tak perlu menulis lembur habis-habisan pada akhir pekan misalnya. Namun, selalu lah kita menulis setiap hari meski hanya satu halaman. Tentang apa saja bisa ditulis. Hasil amatan, hasil pengalaman, perasaan, dsb. Setiap hari, sungguh setiap hari, meski hanya satu halaman.
Bayangkan, satu halaman setiap hari, dalam setahun sudah 365 halaman, itu sama dengan 2 (dua) buah buku. Ibaratnya, sedikit-sedikit akhirnya jadi bukit. Puncak kesuksesan mustahil tercapai hanya dengan satu langkah besar, melainkan puluhan atau ratusan langkah kecil yang terencana dan terlaksana dengan disiplin.
Begitulah, mulai sekarang, mari mencontoh penulis-penulis yang telah berhasil. Mereka hakikatnya menulis setiap hari. Jika tidak sedang menulis, mereka pastilah berpikir tentang apa dan bagaimana menulis. Semua ini akan membuat "keterampilan" menulis kita membaik hingga mencapai tingkat kemahiran tertentu. Jika sudah mahir, menulis itu sangat nikmat rasanya.**
Komentar
Posting Komentar